Mengatur Budget Belanja Ramadan
![]() |
| TABLOID MODIS edisi terbaru. Info Langganan: 031.8291078/021.53699625 |
Seharusnya, di bulan Ramadan ini
dijadikan momen juga untuk menahan hawa nafsu belanja. Dengan begitu
penghematan dapat dilakukan. Namun,
faktanya terbalik. Di bulan Ramadan, daftar belanja meningkat dua kali lipat.
Lantas, bagaimana mengatur daftar belanja agar
tak terjadi overbudget?
Harus diakui, bulan Ramadan kerap menjadi alasan
untuk menaikkan pengeluaran dua kali lipat dari bulan-bulan biasanya. Wakil
Sekjen MUI Pusat Bidang Perempuan Welya Safitri mengamati, pengeluaran yang
lebih besar ini disebabkan karena kebutuhan makanan. Di mana setiap keluarga
ingin menu sahur atau berbuka lebih spesial ketimbang hari-hari biasanya.
Selain itu, overbudget kerap terjadi karena penawaran
diskon besar-besaran yang mulai terlihat dari toko-toko selama bulan Ramadan,
terutama mendekati Lebaran. Hal inilah yang menurut Welya membuat pengeluaran
untuk belanja menjadi lebih besar daripada bulan yang lain.
DAFTAR BELANJA
Welya menuturkan, salah satu makna puasa yakni
meredam hawa nafsu. Salah satu nafsu yang dimaksud yaitu nafsu untuk meredam
keinginan belanja kebutuhan yang sebenarnya kurang dibutuhkan. Apalagi puasa
kali ini bertepatan bulan Juni-Juli dimana awal dari anak-anak untuk masuk
sekolah setelah libur panjang. Kemudian juga adanya perang diskon yang dibuka
oleh mal dan toko-toko memasuki puasa.
“Di sinilah, maka
puasa harus dimaknai juga sebagai pengendalian nafsu berbelanja. Harus ada
penghematan dimana sejatinya di bulan Ramadan itu bulan yang bisa berhemat.
Seorang wanita atau para ibu butuh
kejelian untuk mengatur keuangan keluarga.
Momen Ramadan ini membutuhkan pengeluaran yang lebih banyak. Juga bersamaan awal
masuk anak sekolah dan persiapan menjelang Lebaran,” ujar Welya yang berlatar
belakang pengusaha itu.
Welya menyatakan, untuk menyiasati agar keluarga
bisa memanajemen keuangan, bisa ditilik dari penghasilannya. Pertama, daftar
belanja yang sifatnya bertahan lama bisa sekaligus dibelanjakan per minggu atau
setiap sebulan sekali. Tapi, ini berlaku
bagi yang memiliki penghasilan mingguan atau bulanan. Lalu,
bagaimana jika penghasilannya harian?
“Saya kira untuk harian langsung
saja dibelanjakan setiap hari, untuk sisanya bisa ditabung. Karena
penghasilannya harian, maka juga harus dipikirkan untuk menyisakan buat esok
hari atau ditabung,” tambah dia.
Mengatur daftar belanja setiap minggu atau tiap
bulan, jelas Welya, bisa menghemat ongkos,
terutama untuk transportasi. Tidak jadi masalah jika belanjanya itu dekat
dengan tempat tinggal. Tapi, bagaimana jika
belanjanya jauh dari rumah dan harus naik angkutan umum? Tentu akan
mengeluarkan biaya untuk transportasi. Dengan sekaligus berbelanja tiap minggu
atau tiap bulan, maka seseorang tidak akan bolak-balik. “Jadi,
dengan mengatur seperti ini, maka bisa
menghemat lebih banyak. Kemudian membedakan jenis belanjaan juga bisa
menghemat. Contoh seperti kebutuhan apa saja yang bisa bertahan bulanan,
mingguan, dan harian. Beras, gula, kopi, sabun,
minyak adalah jenis kebutuhan yang bisa bertahan bulanan. Inilah keuntungan
dari mendaftar belanja harian, mingguan, dan
bulanan,” urainya.
JANGAN MUDAH TERGIUR
Toh, belum tentu juga barang yang didiskon itu
diperlukan. Untuk membatasinya, biasakan menggunakan uang tunai. Pasalnya,
dengan kartu kredit selalu ada bunganya saat dibelanjakan. “Ini yang seringkali
tidak kita sadari. Bunga yang terus berbunga. Selera belanja ibu-ibu akan
meninggi ketika melihat ada penawaran diskon yang besar. Dibutuhkan pengendalian
nafsu belanja, meskipun di sisi lain dengan adanya diskon kita bisa membeli
barang berkualitas dengan harga yang murah. Tapi, kembali
lagi seberapa pentingkah barang itu diperlukan,” sambung
Welya.
Welya juga menyinggung masalah pembagian tunjangan
hari raya (THR). Ia berharap agar Anda mampu menggunakan uang THR seefektif
mungkin. Diharapkan agar THR Idul Fitri diberikan di akhir Ramadan. “Momen Lebaran
ini dapat digunakan untuk silaturahim ke keluarga di kampung. Jadi,
dibutuhkan income lebih. Karena, nantinya saat Lebaran
tersebut akan membutuhkan biaya yang cukup banyak. Jadi,
yang namanya THR itu sebaiknya di akhir Ramadan,” tandasnya.
BATASI MAKANAN
Di tempat berbeda, Wakil
Ketua Bendahara BMOIWI Syurti menjelaskan bahwa
setiap keluarga haruslah memiliki niat untuk mengendalikan nafsu dalam hal
berbelanja. Pasalnya, niat yang ditanamkan itulah akan mencegah pemborosan
belanja. Apa saja sih kiat yang bisa dilakukan?
Selain mengatur belanja,
membuat makanan sendiri juga mampu menghemat keuangan. Kebiasaan makan di luar
harus diubah. Hal ini akan menghemat keuangan ketika bisa dibuat sendiri.
Dalam pikiran haruslah ditanamkan bahwa makanan pun jangan sampai berlebihan. Sehingga, ketika
seseorang membuat makanan itu, juga tidak sampai berlebihan. Harus diakui,
ketika bulan puasa, seseorang malah tidak mampu mengendalikan nafsu untuk
membeli makanan yang padahal belum tentu juga akan dimakan.
“Biasanya pas sudah berbuka,
malah sering membeli makanan di luar di malam harinya. Padahal makanan di rumah
juga masih ada. Inilah yang menyebabkan pengeluaran semakin banyak. Untuk
berbuka puasa terkadang memang menambah budget seperti beli kurma ataupun
lainnya. Tapi, kembali lagi jangan sampai yang berlebihan,” tutur muslimah asal Kampung
Melayu, Jakarta itu. *06-bag



Comments
Post a Comment